Belajar Menulis Flash Fiction
Flash Fiction
Cerita
pendek sering
disingkat cerpen adalah salah satu bentuk prosa. Sesuai namanya cerita pendek
adalah sebuah kisah yang pendek. Pengertian panjang dan pendeknya sebuah cerpen
mempunyai banyak pemahaman. Cerita pendek awalnya dibatasi dengan jumlah kata
mulai dari 2000-20.000. Atau batasan halaman 10-20 halaman kertas ukuran
A4, spasi 2.
Namun pada
perkembangannya cerita dengan panjang di bawah ketentuan tadi, juga disebut
cerita pendek. Padahal harusnya Cerita pendek sekali, atau ff/ flash
fiction Mulai dari 200 sampai di bawah 2000 kata. Tapi terobosan terus
dilakukan. Cerita Pendek Sekali, maksimal 500 kata.
Bahkan di
bawah 100 kata. Nah yang terakhir bukan lagi kata sebagai ukuran tapi
karakter/huruf. Bahkan sejak berkembangnya sosial media seperti twitter ada
akun fiksimini yang memplopori cerita sepanjang 140 karakter atau kurang dari
itu.Dan disebut dengan Cerita Mini.
Akhir-akhir
ini flash fiction menjadi daya tarik bagi banyak penulis. Pembatasan
jumlah kata yang berkisar antara 200 - 500 kata menjadi tantangan tersendiri.
Karena dengan pembatasan jumlah kata, unsur/syarat sebuah cerpen tetap harus
terpenuhi. Yaitu : Penokohan, konflik, klimaks dan penyelesaian.
Pada flash
fiction, penulis ditantang untuk langsung membuat "gebrakan", di awal
dengan tetap memberikan diksi/majas yang indah. Menjadi sebuah flash fiction
yang menggigit, manakali twist (kejutan) benar-benar di luar bayangan/perkiraan
pembaca.
Tidak semua
penulis mampu membuat twist dalam flash fiction. Dan inipun menjadi tantangan
lainya. Bagi penulis novel, menulis cerpen sangat menjengkelkan, karena tidak
dapat mengembangka cerita ke mana-mana/. Dalam cerpen, fokus adalah salah satu
kunci.
Kalau mau
dicermati, flash fiction tidak berbeda dengan cerpen hanya lebih pendek.
Seperti sebutannya flash fiction, yang berarti sekilas kisah. Nah karena
namanya hanya sekilas, jadi tidak mungkin ff itu berangkat dari masa lalu atau
menggunakan seting cerita memori yang panjang. Ff, terjadi sekarang, menemukan
masalah sekarang, diselesaikan sekarang.
Sebetulnya
kalau anda rajin googling, pengertian tentang cerpen dan ff sangat banyak.
Namun semakin banyak informasi akan semakin membingungkan. Karena memang
tidak ada ketentuan yang baku. sama seperti pembatasan jumlah
kata/karakter. Maka pengertian flash fiction atau cerita pendek sekali
atau cerita yang diperpendek, sering saya katakan sebagai sebuah cerita yang di
mulai saat naik angkot ke pasar dan selesai saat turun di pasar.
Perjalanan
dari rumah, diperjalanan dan tiba di pasar, adalah sebuah perjalanan yang
pastinya ada banyak cerita di situ. (Macet, interaksi antar penumpang,
penumpang dengan sopir dll.) Demikianlah sebuah ff harus dibuat, fokus pada
satu cerita. Pembatasan jumlah kata/karakter menjadikan ff sebagai kisah satu
jalur. Sebuah cerita yang habis dilahap sebelum anda sempat berpikir
untuk membalik halaman selanjutnya. Mengapa? karena cerita sudah selesai.
Ternyata masih banyak penulis fiksi yang kesulitan menulis flash
fiction 100 kata.
…Karena itu, saya sengaja merangkum kembali 11 seri artikel tips menulis
flash fiction yang pernah terbit di Indonovel pada posting kali ini.
Semoga bermanfaat…
1. Sekilat Flash Fiction
Berisi definisi dan pengertian flash fiction. Artikel ini juga menguraikan
sejumlah ciri khas flash fiction 100 kata yang membedakannya dengan kategori
fiksi yang lebih panjang.
2. Flash Fiction; 100 Kata Atau Lebih ?
Belum ada konvensi mengenai batas maksimal jumlah kata dalam kategori flash
fiction.
Ada yang mengatakan dibawah 100 kata, antara 100 – 300 kata, bahkan ada yang
mentolerir sampai 1.000 kata.
Silang pendapat mengenai batasan maksimal jumlah kata dalam flash fiction
dibahas tuntas dalam artikel ini.
3. Mungkinkah Menulis Fiksi Hanya Dalam 100 Kata (bagian 1-2)
Flash fiction memiliki persyaratan yang sama dengan cerita fiksi yang lebih
panjang seperti; cerpen, novelette, atau novel. Flash fiction juga wajib
mengandung; karakter, setting, konflik dan resolusi.
Persyaratan ini sepintas, boleh jadi terasa berat, mengingat jumlah kata
dibatasi maksimal pada angka 100.
Nah, artikel yang terdiri dari 2 bagian ini akan memberikan arah yang
sistematis bagi anda.
4. Tiga Tahap Menulis Flash Fiction
Tahapan yang terencana memudahkan seorang penulis menggarap cerita. Disini
kami memaparkan 3 tahap teknis, sistematis & praktis, untuk memandu anda
menulis flash fiction.
5. Empat Langkah Menulis Flash Fiction
Menulis flash fiction boleh jadi menyulitkan bila anda tidak mengetahui
langkah-langkahnya. Secara terurut, dalam artikel ini disajikan panduan 4
langkah yang efektif dan efisien.
6. Show Don’t Tell Dalam Flash Fiction
Rumus Show Don’t Tell (tunjukkan, jangan katakan) diterapkan pada
semua jenis kategori fiksi. Hanya dengan rumus ini, sebuah cerita fiksi akan
terlihat hidup.
Namun rumus ini menyulitkan para penulis flash fiction, mengingat show
don’t tell cenderung menggemukkan tulisan.
Jadi apa solusinya ?
Dengan alasan itulah kami menerbitkan artikel ini.
7. Fungsi Dialog Dalam Flash Fiction
Ternyata dialog tidak sekedar komunikasi antar dua-lebih karakter dalam
cerita. Lebih dari itu, dialog memiliki beberapa fungsi & peran yang unik
dalam sebuah flash fiction.
Apa saja fungsi-fungsi itu ?
8. Karakter Dalam Flash Fiction
Bagaimana cara menghidupkan karakter dalam cerita yang dibatasi maksimal 100
kata ?
Mungkinkah menampilkan karakter yang hidup tanpa mendeskripsikan karakter
secara detail ?
Bagaimana cara menampilkan kekhasan masing-masing karakter dalam flash fiction
?
Temukan jawabannya pada artikel inii.
9. Menghadirkan Setting Ke Dalam Flash Fiction
Unsur setting wajib hadir dalam flash fiction.
Namun berbeda dengan fiksi panjang (semisal Novel), flash fiction 100
kata tidak memungkinkan anda mendeskripsikan latar sosial, tempat, dan waktu,
secara detail.
Jadi bagaimana cara menyiasatinya ?
10. Tiga Kelemahan Flash Fiction Indonesia
Flash fiction merupakan kategori fiksi pendek yang diadaptasi dari luar.
Kategori ini sendiri baru populer ditanah air dalam setahun-dua terakhir.
Tak heran bila masih ditemukan banyak penulis yang salah kaprah.
Artikel ini mencoba mengidentifikasi sejumlah kelemahan-kelemahan mendasar
yang banyak ditemui pada karya-karya flash fiction tanah air.
Tentu saja dengan maksud agar kita bisa terhindar dari kelemahan-kelemahan
tersebut.
11. Waspada Flash Fiction Asli Tapi Palsu ?
Iya, artikel ini tidak mengada-ada. Ada banyak diluar sana fiksi pendek bukan
flash fiction namun diklaim oleh penulisnya sebagai flash fiction.
Padahal sebuah fiksi pendek harus mememenuhi beberapa persayaratan sebelum
layak dikelompokkan sebagai flash fiction.
Artikel ini memaparkan sejumlah ciri yang membedakan flash fiction asli
dengan yang ‘palsu’.
Sekarang, Anda siap untuk menulis flash fiction ?
Semoga daftar 11 seri artikel diatas mampu menjawab tuntas segala
keingintahuan anda mengenai flash fiction.
Jika Anda masih punya pertanyaan, jangan ragu menyampaikannya lewat kolom
komentar dibawah.
..dan jika Anda merasa ini bermanfaat, merasa bebas untuk membagikannya
dengan teman Anda via facebook & twitter.
Photo credit by B Jacques [creative commons]
MENCOBA MEMBUAT...
Flash Fiction by: Alifah Barizah (Sholikah)
Pelangi
kehidupan
Pagi itu selepas aku bersih-bersih rumah, aku
bersegera menyegarkan badan. Suasana desaku kembali menyeruak selepas
kepulanganku dari rumah saudara selama seminggu. Tak sabar aku ingin segera
memasukkan uang pemberian kakakku ke dalam celengan mungilku. Sebelumnya, dalam
celenganku itu kumasukkan kertas bertuliskan basmalah dan impianku yang sangat
ingin membeli laptop. Dengan memiliki laptop, tugas-tugas kuliah dapat
terselesaikan dengan mudah.aku membuka almari, dan kutemukan celengan mungilku
berwarna hijau berbentuk tabung. Aku tengok pada lubangnya, seberapa uang yang
telah kukumpulkan sampai saat ini. Dari mulai uang saku kuliah hingga uang
hasil jerih payahku menjadi tentor di sebuah bimbingan belajar. Namun setelah
kuintip, tiba-tiba jantungku merasa berdetak kencang, air mata ini tak kuasa
meleleh deras, bibir tak henti-hentinya berucap istighfar.
“Astaghfirullahal’adzim…”
Hatiku bergejolak. “Ya Allah, salah apa aku ini.
Sampai-sampai ludes semua. Siapa yang tega melakukan ini Ya Allah!” rintihku
sambil terus berucap istighfar. Saat itu aku hanya bisa sesenggukan di kamar.
Aku tak mau nenek dan saudaraku yang lain tahu kalau aku menangis. Celengan itu
masih bagus, tak ada bekas sobekan pisau atau benda lain. Isi di dalamnya habis
semua kecuali surat kecilku yang berisi impianku membeli laptop. “Ya Allah…”
aku benar-benar miris. Dalam hatiku selalu merintih, “Ya Allah padahal itu uang
hasil jerih payahku selama semester satu hingga semester tiga ini. Aku
kumpulkan agar bisa membelinya. Pasti sudah ada 1 jutaan. Aku rela tidak
ikut-ikutan shopping seperti teman-temanku yang lain. Aku kayuh sepeda onthelku
sampai larut malam. Aku beranikan diri pulang di tengah kegelapan, dengan
mantel di saat langit menumpahkan air ke bumi. Aku kedinginan Ya Allah. Aku
tahu, aku harus bekerja. Karena ku paham, penghasilan orangtuaku hanya cukup
untuk makan sehari-hari. Ya Allah, apa salahku hingga Engkau tega membiarkan
orang mencuri uangku.”
Keluhan itu menyeruak dari relung hatiku. Namun di
sisi lain, aku begitu jahat. Aku menyalahkan Tuhan. Aku layaknya orang yang tak
bersyukur. Masih ada orang yang lebih menderita. Sementara aku??? Baru diberi
cobaan uang hilang saja sudah mengeluh habis-habisan. Tak pantas aku bersikap
seperti itu. Karena harta juga tak akan dibawa mati.
“Astaghfirullahal’adzim…. Ya Allah ampuni hamba, Ya
Allah. Yah, mungkin ini belum rejekiku. Hamba yakin pasti Engkau akan
menggantikan yang lebih baik.” Sedikit menenangkan kata-kata itu yang terlontar
entah dari sudut hati di sebelah mana. Sisi nuraniku berbicara. Aku harus bisa
mengikhlaskan ini semua. Orang yang mencuripun pasti suatu saat kena getahnya.
Aku mulai beranjak dari kamarku. Aku ayunkan langkah
kaki ini menuju ruang depan.
“Berangkat jam berapa Nduk?[1]
Kok dari tadi di kamar terus,” Tanya nenek.
Aku tersenyum. “Iya Mbah[2],
tadi baru dandan[3].
Sudah cantikkan, Mbah?” aku berusaha
membuat nenek tersenyum. Entah mungkin aku juga ingin menghibur diri.
Nenek manggut-manggut. Terlihat pula garis-garis di
dahinya mengernyit. “Ya sudah, sana berangkat, nanti telat lho.”
“Iya, Mbah.”
Aku pun mencium punggung telapak tangan beliau. Di rumah ini, aku hanya bisa
pamitan dengan nenek. Karena kedua orangtuaku sudah berangkat ke pasar mencari
sesuap nasi selepas subuh tadi. Aku ambil sepeda onthelku. Ku jejakkan kaki ini
menuju kampus dengan diawali basmalah.
Sepanjang perjalanan ke kampus, aku berusaha melupakan
kejadian tadi. Aku menghirup udara segar di pematang sawah yang kulewati. Angin
bergerak sepoi-sepoi, menyentuh kulitku dengan lembut. Jilbab yang kukenakan
terhembus angin layaknya bendera Sang Saka yang siap dikibarkan. Burung-burung
sawah siap menyerbu di medan persawahan. Bersaing dengan para petani yang
berteriak-teriak mengusir sekawanan burung itu. “Ah lucu juga,” batinku. Senyum
terkembang di sudut bibirku.
Tak terasa kaki ini sudah menjejakkan kampus nan hijau
bersama sepeda kesayanganku. Aku parkirkan sepeda di bawah pohon bersanding
dengan sepeda teman-teman yang lain. Panorama alam yang sangat indah pada pagi
ini sudah membuatku nyaman. Menyadarkanku karena ketidakbersyukuranku. “Ups,
hari ini harus lebih baik dari hari kemarin.” Kata-kata itu selalu aku
ingat-ingat agar aku senantiasa mawas diri dengan hal-hal yang tidak baik.
“Assalamu’alaikum…” sapa Rinda, teman sekelas, ketika
berpapasan denganku. “Wa’alaikumsalam… eh mau ke mana?”
“Ah, gimana sih Ka. Ini mau ke ruang akademik.”
“Ngapain?” aku masih belum paham.
“Wah…wah… ni anak, ketinggalan zaman. Nggak update
lu... hehe” candanya.
Aku mengernyitkan dahi. “Lhoh, aku beneran nggak tahu
maksud kamu.” Lagi-lagi aku seperti orang linglung. Entah itu anak maksudnya
apa, tiba-tiba menggandeng tanganku meluncur ke akademik. “Eh..eh… bentar Rin,
berhenti dulu. Kenapa sih, kok tergesa-gesa amat. Inikan mau kuliah.” Aku menghentikan
langkahnya seketika.
Rinda menghela nafas panjang. “Huft… capek deh. Mulai
kuliahnyakan masih seperempat menit lagi. Nah, ayo kita ke akademik sebentar,
ambil blangko saja kok.”
Aku tambah bingung dengan ucapan Rinda. “Duh Rin, apa
susahnya sih tinggal njelasin aja. Ada apa?” tanyaku agak mendesak. Sudah dari
tadi Rinda berbelit-belit menjawab.
“He…he…he…, kan biar surprise. Salah sendiri nggak
update.” Rinda terkekeh-kekeh. “Sudah, ayo kita ke sana. Ntar juga tahu kok,
buruan keburu masuk kuliahnya.”
Hmmm… aku hanya bisa mengikuti langkahnya.
Sesampai di sana, ada beberapa kakak kelas yang
kukenal juga. Mereka sibuk menulis dalam blangko itu. “Sudah ambil, Mbak” Tanya Rinda. Kakak tingkat hanya mengangguk dan tersenyum.
Rinda meminta ke Pak Edi, petugas di akademik. Aku menunggu di luar saja. Entah
kenapa, aku ingin menenangkan diri. Dari tadi aku sudah menduga kalau ini
urusan dengan beasiswa dari kampus. Aku juga mendaftar, tapi sepertinya aku
tidak dapat. Karena tak ada pemberitahuan. Sementara Rinda dan kakak-kakak
tingkat terseleksi jadi penerima beasiswa. Mereka sangat berantusias. Kalau
urusan dengan uang, hatiku mulai rapuh lagi mengingat kejadian di rumah
beberapa jam yang lalu.
“Eh Ka, ke mana aja sih. Sini lho!” Rinda memanggilku
dari dalam ruangan sambil melambaikan tangan. Aku menggeleng. Aku ingin di luar
saja.
Rinda menghampiriku, “Nih blangko untuk kamu. Kita isi
di kelas saja soalnya bentar lagi kuliah kita masuk. Tetapi ingat, ntar
dikumpulin ke sini lagi sebelum pukul tiga.”
Aku lirik isi dalam blangko itu tadi. “Lhoh!” Tertulis
formulir penerima beasiswa. “Lhoh Rin! Aku dapat juga?” tanyaku tak menyangka
kalau aku juga terseleksi jadi penerima beasiswa.
“Hu… makanya jangan melamun terus. Ada apa sih lu?
Dari tadi kayak orang linglung.” Celotehnya,
“He…he…he… maaf Rin.”
“Tuh liat di papan pengumuman, ada nama-nama penerima
beasiswa.” Tunjuk Rinda ke arah papan dekat majalah dinding.
Aku segera berlari. Benar sekali ada namaku juga
tertera di sana. “Subhanallah… Alhamdulillah…” tak henti-hentinya kalimat
syujur kupanjatkan kepada Allah SWT. Ternyata di balik kehilanganku, Allah
punya rencana lain. Bahkan beasiswa ini nanti kalau sudah cair, sangat cukup
untuk membeli laptop. “Alhamdulillah, terima kasih Ya Allah.” Sungguh kuasa
Allah itu tiada tara.
Setelah ada mendung dan hujan mengguyur, Guntur
menggelegar, pastilah pelangi akan memberi warna dengan sangat indahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar